Harta Karun di Lumpur Lapindo Jadi Incaran, Bakal Dilelang? Pratama Guitarra, CNBC Indonesia NEWS 12 May 2022 16:25

Foto: Infografis/ 13 Tahun Menyembur, Lumpur Lapindo Sedot Rp 11 T Uang APBN.

Jakarta, Investigasintb.com – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa ‘harta karun’ di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur banyak peminatnya. ‘Harta karun’ yang dimaksud dalam hal ini adalah sumber daya mineral kritis seperti Lithium dan Stronsium.
Dalam catatan Badan Geologi, Lithium bisa mendukung program pemerintah untuk menggenjot kendaraan listrik. Maklum, Lithium menjadi salah satu bahan baku pembuat baterai kendaraan listrik. Nah, sementara Stronsium adalah bahan baku barang elektronik.

Koordinator Mineral Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, Moehammad Awaluddin tak menampik bahwa banyak badan usaha yang meilirik untuk menggarap proyek di Lumpur Lapindo ini. Hanya saja memang, pemerintah belum melaksanakan pembukaan lelang untuk proyek di Lumpur Lapindo ini.

Harta Karun Super Langka Lapindo Bakal Jor-joran Digarap 2023
Harta Karun di Lumpur Lapindo Bisa Bawa RI Jadi ‘Raja’ Dunia!
Garap Harta Karun di Lapindo Ini, RI Bakal Gandeng Amerika
“Untuk mineral logam ini memang secara pengusahaan dilakukan melalui skema lelang, beberapa badan usaha juga mulai melihat ini sebagai suatu peluang. Artinya pemerintah akan mendorong terkait pengembangan ke depan,” tandas Awaluddin kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/5/2022).

Awaluddin menyatakan bahwa pihaknya juga akan melakukan kerjasama dalam menggarap lithium ini. Adapun kerjasama itu dimaksudkan untuk melakukan ekstraksi oleh lembaga lain termasuk dari Amerika Serikat (AS) yakni Energy Resources Government Initiative.

“Yang ada di Lumpur Lapindo ini adalah Lithium yang memang menjadi salah satu mineral yang dibutuhkan ke depannya terutama untuk baterai listrik,” ungkap Awaluddin, Rabu (12/5/2022).

Maka dari itu, kata Awaluddin, pihaknya akan fokus menggarap mineral lithium tersebut. Sebagaimana dikteahui, bahwa kegiatan eksplorasi pembuktian adanya lithiumk sebelumnya sudah terjadi pada tahun 2022. Hanya saja, eksplorasi tersebut kata Awaluddin baru setengahnya saja.

“Secara ke dalaman juga belum optimal, ke depan memang kita akan melanjutkan ini, ditargetkan di tahun mendatang di 2023 untuk secara lebih luas eksplorasinya,” ungkap Awaluddin.

Dalam catatan Kementerian ESDM, kebutuhan lithium untuk pengembangan kendaraan listrik hingga 2030 mencapai 758.693 ton. Jumlah tersebut untuk kebutuhan baterai 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik.

Sementara dari catatan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marinves) unsur logam lithium berpotensi ada daerah Tikus, Bangka Belitung, Hatapang, Pegunungan Tiga Puluh, Aceh dan Sumatera dengan catatan perlu survey lebih terinci.

Perlu diketahui, sebelumnya area Lumpur Lapindo ini masuk ke dalam Wilayah Kerja (WK/ Blok) migas Brantas yang dikelola salah satunya oleh PT Minarak Brantas Gas.

Sebelumnya Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono menjelaskan, dalam melakukan penelitian kandungan mineral di lumpur Lapindo ini, pihaknya berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, baik di pemerintah pusat (Kementerian/Lembaga terkait) dan pemerintah daerah (Dinas ESDM dan unsur Pemda lainnya).

Dia pun menyebut, bila hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan mineral di dalam lumpur Lapindo ini bernilai ekonomis, maka seharusnya akan menjadi kewenangan Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) Kementerian ESDM untuk mengelolanya dan Ditjen Minerba berwenang untuk melelangnya.

“Karena ini komoditas mineral, maka menjadi kewenangan Ditjen Minerba untuk mengelolanya,” tandas dia.
(**)