Peresean, Tradisi Pertarungan Dua Prajurit yang Berasal dari Adat Suku Sasak di Lombok

Investigasintb , Pancor Lombok Timur —  Telah di buka tradisi peresean di Selong Lombok Timur, dalam acara  peresmian pembukaan peresean Suku Sasak di Lombok NTB  yang di adakan di Terminal Pancor  Lombok timur,  pembukaan peresean tersebut dihadiri oleh,
H. Juani Taofik, M, Ap Selaku Sekda kabupaten
Lombok Timur dan Kapolres Lotim, AKBP. Hermanto serta masyarakat pancor.
Dalam kesempatan tersebut H,Lalu Satriadi ,SH menyampaikan Kegiatan
Budaya Lokal kita seperti peresean ini
bisa tetap hidupdan dibudayakan secara turun menurun Dan kegiantan ini tidak haya diTerminal Pancor Saja namn diberbagai titik Lombok Timurkatanya,
rabu. (22/6/2022).

Peresean adalah sebuah tradisi berupa pertarungan yang disebut peresean atau perisaian.
Tradisi peresean dilakukan oleh dua orang pria dari suku sasak yang bertarung layaknya gladiator.
Menjadi tradisi yang terdengar mengerikan cukup menarik, penonton juga harus memiliki nyali untuk melihat pertunjukkan ini.

Tradisi Peresean Lombok Timur adalah  Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara barat ini masuk ke dalam jenis pertunjukan seni tari daerah.

Penari disebut pepadu yaitu orang yang akan mengadu kekuatan dalam arena pertarungan peresean
Kembali Gelar Tradisi Unik, Begini Keseruan Warga Perang Pandan Sebagai Wujud Syukur ke Dewa Indra

Pepadu akan diberi senjata berupa rotan yang disebut penjalin sebagai alat pemukul, dan sebuah tameng perisai berbentuk persegi yang bernama ende.
Para pepadu hanya akan mengenakan celana yang dibalut dengan kain penutup khas Lombok dan mengenakan ikat kepala.

Keduanya pun tidak mengenakan baju atau atasan dan hanya akan bertelanjang dada.

Para pepadu akan mulai beradu kekuatan dengan iringan suara musik tabuhan dengan diawasi oleh seorang wasit peresean yang dikenal dengan nama pekembar.

Terdapat dua pekembar yang berada pada suatu peresean yaitu pekembar sedi di luar arena dan pekembar tengah di tengah arena.

Jika salah satu pepadu mengeluarkan darah maka akan dianggap kalah, sehingga pemenang bisa langsung ditentukan.

Sementara jika dalam lima ronde belum ada pepadu yang kalah, maka keputusan siapa pemenangnya berada di tangan para pekembar.

Sejarah peresean adat Lombok ternyata tidak sekadar menjadi aksi adu kekuatan namun memiliki nilai-nilai dan maksud tersendiri.

Selain sebagai bagian dari pertunjukan, sejarah peresean Suku Sasak tak lepas dari maksud dilaksanakannya tradisi ini pada zaman dahulu.

Terdapat dua alasan yang mendasari dilakukannya tradisi peresean.

Pertama adalah untuk menyeleksi para prajurit di masa berdirinya Kerajaan Lombok.

Para pemenang peresean inilah yang dianggap sebagai kandidat terkuat dan dipilih sebagai prajurit.

Kedua adalah sebagai tradisi untuk meminta hujan yang dilakukan pada bulan ke-7 kalender Suku Sasak.

Hal ini karena ketika pepadu meneteskan darah ke tanah maka dipercaya bahwa hujan akan turun pada saat itu juga.

Pergeseran makna peresean dari seni bela diri menjadi pertunjukan seni tari memang terjadi, namun hal ini tidak mengurangi makna tradisi ini secara keseluruhan.

Red. ( Peri )”‘