Hukum  

Cegah Kecurangan Pemilu, Media Investigasi NTB lakukan pengawalan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Pemilu tahun 2024.

Lombok Tengah, 13 Feb 2024
Sumber : Satria Utama
Wartawan : Aripin

Media Investigasi NTB mengajak semua pihak untuk meningkatkan pengawasan partisipatif untuk mencegah kecurangan Pemilu 2024. Terlebih kepada insan Pers yang dinilai berperan penting dalam mengantisipasi kecurangan.

Hal ini dikemukakan Pimpinan Redaksi Media Investigasi dalam kegiatan rapat internal agar melakukan pengawasan secara masif pada pemilu yang di gelar tanggal 14 Februari 2024,

H. Nafsin, SH selaku Pimred Media Investigasi menilai pentingnya peran pers pada masa pelaksanaan pemilu ini. Ia pun menyebut perlunya diskusi bersama masyarakat dalam mengawal pemilu.

“Perlu diskusi bersama media dalam mengawal pemilu, sebab pers memiliki peran penting. Selain itu, penting diingat bahwa yang tidak bisa dihindari ialah hoaks. Para insan pers menjadi gerbang pertama untuk memfilternya,” ujarnya dalam keterangannya.

H. Nafsin melanjutkan, pada gelaran pemilu tanggal 14 Februari 2024, wartawan investigasi di tekankan jika masyarakat melihat pelanggaran pemilu, bisa di laporkan bersama sama ke Bawaslu.

Selain itu, Media Investigasi NTB juga bekerja sama dengan Aparat Kepolisian dalam menangani pelanggaran. Karena perlu adanya pengawasan secara masif khususnya di setiap TPS.

Sementara itu, Konsultan Hukum Media Investigasi NTB Ojik, berharap dalam kegiatan ini, pers bisa mengolah produk berita yang baik sesuai aturan dan terus bersinergi dengan pihak terkait seperti Aparat Penegak Hukum dan masyarakat, jika di temui kecurangan atau pelanggaran agar di laporkan ucapnya.

Ia melanjutkan Insan Pers bersama APH serta masyarakat harus memberikan pengawasan dan kontrol secara masif biar pelaksanaan pemilu tahun 2024 berjalan dengan baik dan lancar ( Gunakan Hak Pilih, Pastikan Pemilu Damai Dan Jangan Golput ).
Dia mengungkap ada tiga potensi kerawanan pemilu yang sudah dipetakan, yakni masyarakat terkelompok secara politik, perang informasi, serta maraknya hoax di medsos. Tutupnya.”
Redinvestugasi